Sabtu, 01 Mei 2010

Gadis Kebaya Ungu

Oleh : Rakai Lukman
Karya Terbaik 1
LUKH Cerpen Maret 2010
Jajaran reklame di jalan utama kota, spanduk dan kibar umbul-umbul diterpa angin barat seperti dadaku saat memandangnya duduk di bangku halte yang kusam. Gadis bermata elok, tubuhnya ramping dibalut kebaya. Pemandangan yang susah kutemui pada kota-kota metropolis di pulau Jawa. Ia mengalihkan perhatianku saat menikmati foto wajah selebriti jelita bersanding iklan seluler merk terbaru, yang kunikmati dengan mengulum bibir sendiri, berfantasi layaknya cumbu rayu jarak jauh. Ya, karena mumpung akal masih sehat, aku tidak memanjat papan setinggi lima meter itu dan menjilatinya lalu kalayak kota akan berbondong-bondong menyaksikan orang gila berkostum office boy, celana necis, berjas hitam, bersepatu dan berdasi.
Gadis itu sering menatap ke bawah seperti tersipu malu, gerak-gerik matanya sering mengarah ke kanan. Kesiur angin berdebu menerpa pipinya yang rona, tak mampu menghapus pandangku. Ada ketakutan kecil di hati, berpuas dengan melihatnya dari jarak kurang lebih sepuluh meter, itu pun di seberang jalan. Anehnya siang ini jalanan sepi, kemana mereka yang biasa lalu lalang di jalanan utama, penghubung antar desa-desa sebelah timur kota. Matahari begitu menyengat, untungnya saya di bawah pohon besar, satu-satunya di jalan utama yang berjarak radius 30 km. Gadis itu beratap seng, tapi tak terlihat peluh dan keringatnya. Udara sejuk dan sesekali angin membelai rambutnya, semakin mempesona dan mengetar jantungku.
Berita yang kudengar dan kutonton di radio dan televisi, berdasarkan ramalan cuaca badan meteorologi dan geofisika, akan terjadi hujan meteor dan badai besar. Tapi saya tak ambil peduli, ini saat menunaikan hasrat sepuas-puasnya, menyaksikan kekasih kesayangan di papan reklame itu, adalah keinginan yang kupendam dua bulan sejak iklan itu dipasang. Perempuan dengan belahan dada dan pantat bahenol di papan reklame itu seolah lenyap dari benakku begitu saja. Bahkan melesat pula nafsu bercinta dengannya. Gadis itu benar-benar menyelamatkan saya dari kegilaan. Apalagi tidak tampak ketegangan pada wajah gadis kebaya ungu itu, Ia semakin membius kesadaranku. Saya dan dia seolah dipertemukan oleh isu yang belum tentu kebenarannya.
Saya hanya pelayan warung makan, karena malu dengan orang sekampung tiap berangkat ke kota saya berseragam layak eksekutif muda. Maklum lulusan perguruan tinggi yang mitosnya kuliah di situ akan menjadi pengusaha atau birokrat bermobil mewah dan mempunyai istri cantik dan bermake up layaknya pergi ke acara-acara kalangan ekslusif, wajarlah bila sarjana muda dari kalangan petani sepertinya saya tidak ada peluang kerja yang diidam-idamkan banyak orang seperti PNS atau investator. Maklum tidak ada modal, mau melamar jadi PNS tidak diterima, meski uji kelayakan intelektual sudah mumpuni tapi kurang syarat utama, yakni uang sepuluh juta. Ingin jadi investor, mimpi siang bolong ni ye!
Gadis kebaya ungu tiba-tiba melempar senyum manis padaku, meski setipis korden jendela ruang tamu rumah ibuku. Seolah memanggil saya untuk menjabat tangannya yang kuning langsat dan halus itu. Tidak terasa sudah sejam saya berdiri di bawah pohon beringin yang konon berusia puluhan tahun, batangnya bersarung kain batik, akar-akar kecilnya bergantungan seperti hujan tak henti-henti, akar induknya menjadi penopang altar persembahan, saya melihat ada dupa kemenyan dan sesaji, berupa sembako dan buah-buahan. Saya jadi teringat masa kuliah, bersama kawan-kawan saya sehabis subuh selalu mengambilnya, karena kalau malam ramai pengunjung dan wisatawan, ada yang minta kaya, kedudukan tinggi dan sampai-sampai ada yang minta menang judi lewat SMS yang marak tersiar di televisi dan radio. Tiap pemohon membaca mantra-mantra kuno sesuai tujuannya. Mereka menggunakan bahasa kawi (Jawa kuno) tak satu pun kata yang saya kenal.
Pohon beringin itu adalah sisa-sisa aliran kepercayaan tua penghuni asli pulau Jawa, animisme-dinamisme, konon di bawah pohon itu juga Aji Saka dimakamkan, berdasarkan mitologi pribumi Jawa beliau yang babad alas pulau Jawa, yang konon jalmo moro jalmo mati. Pohon itu satu-satunya situs yang terpaksa dilindungi keberadaannya oleh pemerintah, karena kepercayaan masyarakarat terlampau mengakar. Adapun pohon yang lain berganti tiang listrik dan telpon, juga trotoar jalan seperti pematang sawah yang dibabat habis rumputnya oleh kemarau panjang berupa tata dan keindahan kota, berganti paving dan pot bunga.
Ah, Pohon beringin tua dan gadis kebaya ungu, kalian berdua benar-benar membuai saya siang ini. Beringin tua biarlah sekian saja riwayatmu. Gadis kebaya ungu sungguh saya tak bisa mengindahkanmu, begitu terserap, tersita, terpana, tak terasa waktu bergulir tambah satu jam. Dia tak pernah berdiri, duduk berpose laksana putri keraton. Sesekali ia menatapku dengan sorot mata yang teduh. Tetapi ia seperti melihat saya alien di seberang jalan atau sebaliknya ia mahluk asing berwajah rupawan, bukan seperti yang digambarkan NASA, bahwa aliensi itu buruk muka. Kebayanya yang ungu dan sanggul rambut bertusuk konde seperti ornamen tiga dimensi, sungguh sejuk hati meski sekedar memandangnya.
Mendung putih bagai kapas yang berhambur di angkasa, cerah matahari memoles sampai kilau, bagi penikmat alam tentu begitu indahnya hari ini. Tapi kemana kalayak yang biasanya meramaikan kota dengan gerakan yang bergegas menyelesaikan target hidup. Ya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang beraneka warna, yang semuanya telah campur aduk, berebut minta didahulukan. Barangkali mereka sudah menjadi budak iklan dengan pasukan andalannya sederetan papan reklame dan tayangan iklan televisi yang meminta untuk ditimang dan dibelai mesra, seperti perempuan cantik dan molek, yang ingin dijadikan pendamping sampai tersisa hanya jasad kaku tak berharga. Hari ini bukan karena itu, sebuah ketakutan menghantam dada dan menhancurkan kegigihan mereka. Kalian tahu kemana mereka sembunyi, pada dasarnya ketakutan sudah tertanam dalam batin mereka seperti kematian.
Hai gadis kebaya ungu, sebenarnya saya ingin berbagi kegundahanku tentang kesaksian akan kenyataan, tapi sebagai lelaki saya telah dididik televisi menjadi lelaki perayu dan tukang bual, tapi mesin penggeraknya seketika macet karenamu menyisihkan karakter kebanggaan alias playboy, bahwa saya setiap minggu sekali ganti pacar, ya mumpung masih muda dan modal tampang lumayan. Setidaknya perempuan akan tertunduk oleh kecanggihanku mengolah kata dan mengajaknya berwisata gaya eropa coy.
Adapun saya hanya terpaku, tersipu-sipu. Beruntung saat ini kota sepi, yang sesekali kesiur angin menyepuh wajah dan seragam office boyku, mampu menurunkan temperamen saya dari tegangan tinggi sebagai lelaki yang jatuh hati. Kau di halte dan saya di seberang jalan seperti sebuah pementasan dua aktor yang tersusun rapi skenarionya, bercerita tentang lelaki culun nan lugu bertemu gadis cantik yang cukup puas memandangnya dari jauh. Jari-jari saya bergerak-gerak seperti menari dan keringat dingin menyumbat pori-poriku sejak pertama menatap wajah ayu gadis kebaya ungu. Sebagai tanda kegelisahan lelaki yang tertusuk busur asmara. Kaki saya bergetar-getar, juga kesemutan, adakah kau lihat kegundahan ini melalui ekspresi senyum tipismu, oh gadis kebaya ungu?, ujar hati kecilku.
Awan-awan putih mulai menggumpal, menyerbu matahari. Sinarnya tertutup dan langit pun mendung. Awan menghitam mulai berarak semakin ramai menutup biru langit. Saya melawatkan pandang ke atas, pekatnya tak seperti biasa. Tekanan udara semakin memberat daun beringin bergoyang-goyang ke arah timur seperti ingin meninggalkan rantingnya yang elastis. Gerimis kiriman juga mulai turun, tapi daun beringin terlalu rapat hanya setetes dua tetes menimpa wajah dan rambut, mungkin juga jas hitam yang selalu saya seterika tiap pukul lima pagi, meski tidak pernah dicuci sejak beli di toko barang bekas.
Langit siang ini benar-benar gulita seperti malam. Awan-awan itu bersatu menjelma bentuk kubah. Meski jarak pandangku terhambat gedung-gedung bertingkat, juga swalayan di belakang halte berkarat itu. Namun tak sedikitpun ketakukan merayapi tulang sumsumku. Begitu juga gadis kebaya ungu, tiba-tiba ia beranjak dari kursi halte, berdiri dan melepas sanggulnya, rambut terurai, yang kukira tusuk konde ternyata lontar seperti yang saya jumpai di situs purbakala. Saya melihat jelas saat ia membukanya. Mulutnya mulai komat-kamit seperti merapal mantra. Suaranya lembut, lirih tapi telinga saya yang agak tuli bisa mendengarnya karena terlalu sering pakai headseat, mungkin sebab kota ini begitu sunyi dan angin menghantar suara kali ini sangat nyaring.
Kemudian ia menari bagai sinden seperti yang ada di kenanganku ketika menyaksikan pertunjukan wayang saat kecil dulu. Tiba-tiba Gerombolan awan di langit mendatangi gadis itu. Dengan melesat cepat menyelimuti tubuhnya, lalu berpusar pelahan makin lama semakin cepat. Ia menghampiriku, dia menjabat tanganku, aneh saya hanya membatu. Karena bisikan halusnya “Mari kekasihku, kita tinggalkan fana”. Lalu kami berpusar membentuk angin puting beliung, membabat gedung-gedung, papan-papan reklame, umbul-umbul, menghaburkan paving serta debu-debu.
Dalam pusaran kencang angin gadis kebaya ungu berujar “Saya adalah Dewi Sri yang murka sebab sawah tak lagi tumbuh padi, tapi rumah, gudang dan gedung” bibirku masih kaku tak mampu mengimbangnya. Ungkapan dia yang kedua “Kau, titisan kekasihku”. Sedang pohon beringin ini kami bawah berpusingan, anehnya masih utuh bahkan daun-daunnya tak satupun luruh. Dalam perjalanan kami mulai meninggal kota dan berangkat menuju kerajaan para dewa, kami disambut hangat oleh Bathara Wisnu, di gerbang istana langit terukir “Dasar segala bencana adalah tangan serakah manusia”. Dan kami pun menjadi sepasang mempelai yang tertunda kerinduannya beribu-ribu tahun sebelum manusia mengenal dongeng dan legenda. Sedangkan pohon beringin itu menghias taman para dewa dan malaikat.
Kota telah porak-poranda, hujan meteor hanya rekaan BMG saja. Langit cerah penduduk kota besoknya berhambur, kembali berwisata dengan bencana, bantuan berhamburan dari kota-kota dan desa-desa, bahkan antar pulau dan negara. Berdasarkan laporan badan survey, korban berjumlah ribuan manusia, binatang piaraan dan kerugian kota mencapai triliyunan rupiah. Itu sudah biasa, manipulasi data adalah kegemaran penduduk negeri ini, juga kotaku.
Sebulan kemudian gedung-gedung semakin menjulang ke langit, tak ada lagi taman kota, bahkan tempat ibadah menjadi kios-kios dan jendelanya penuh panflet dan poster, bahkan ada yang jualan sandal dan sepatu di mimbar. Saya dan gadis kebaya ungu hanya senyum-senyum, Manusia semakin menggila. Kami hanya tunggu aba-aba, memberi peringatan kedua pada manusia, tentu semakin dasyat, yang tak bisa diperhitungkan oleh prakiraan apapun, kecuali sang Pencipta.

Papringan februari 2009

Biodata Penulis
Nama Pena : Rakai Lukman
Nama Asli : Lukmanul Hakim
ALamat : Jl letjen soerprapto no 29 rt. 04 rw.03 sekapuk ujung pangkah gresik jatim
Karya : Antologi Bersama “KITAB PUISI I” Sanggar Jepit 2006, cerpen dan puisinya dimuat di majalah Sabili, bangkapost dan Balipost
Kontak person : 08563229239

Malammu dan Cerita Acil

Oleh : Sutana Hasby
Karya Terbaik 2
LUKH Cerpen Maret 2010

Semalam lalu kau beritahu dalam keadaan bermasalah. Banyak hal kini membuatmu tiada rasa gairah, setia, dan derma dari siapapun kecuali aku.

Ya, itu adanya malam lalu.

Malam ini kau tuangkan itu di telinga kananku, di bawah langit hitam berbintang sebelah tangan. Dalam hangatnya kopi sajian warung, kau terus larutkan ceritamu mengiring larutnya waktu ini.

Semilir angin tiup aralmu!

Banyak hal pikirmu menjadi aral langkah dan keinginan sebuah asa dirimu. Mesti tidak mencairkan batu koral penghalang, tapi kucoba melelehkan kristal yang betabur mengitari otak besarmu. Jadikan bentuk rumusan konsep hidup manusia yang diombak deru jati diri dan masa hidup kelak.

Malam semakin larut, selarut cerita gundahmu.

Masa dipelukan ibu, dibuaian keluarga, dan dikelakar ria kawan sepengertianmu, katamu, kini kau bagai cendawan yang menunas tidak di musimnya.

Tiada jawab pasti kuberi, hanya rangkaian kata sugesti coba menyalakan bara hidupmu. Sungguh kata-kataku pun tadi tak mampu menjadi martil melunakkan batu-batu penjanggal masalah. Begitu banyak manusia dalam masalah, begitu begunung gairah yang tertunda.

Fajar di ufuk, azan mengumandang

Kau masih berpikir akan aral itu. Kapan waktu tak berbatu aral, kapan malam tak lagi berbintang sebelah tangan. Seterangnya kuingin katakan masalah-masalah ku juga manusia lain.

Palingkan kewarasan pada sekelompok manusia-manusia di perempatan jalan, di trotoar jalan, dan belakang gedung menjulang di pinggir sungai kota yang kita tinggali ini.

Sebesar apa batu yang menjepit kehidupan mereka?

Kuingin cerita padamu, tentang si Acil anak yang terbuang. Usia baru sebelas tahun, lahir 11 Mei 1997. Ibunya meninggal akibat pendarahan waktu melahirkannya, ayahnya ditabrak truk di jalan protokol oleh truk pengangkut barang.

Rumah Sakit milik pemerintah sempat menelantarkan kesehatannya. Tapi ia tetap hidup dan diberinama tanpa qiqah oleh perawat dan mahasiswa yang magang di rumah sakit itu. Acil.

Tiada yang tahu maknanya. Tapi ia tumbuh seperti anak normal. Jangan kau tanya ia makan apa. Nasi bubur, susu formula, tak pernah ia cicipi.

Nasi bungkus, ya aku tahu. Ia makan bersama penarik becak yang mangkal di depan rumah kelahirannya itu, di rumah istirahat terakhir ibunya, Luise Aritma. Dan, rumah itu pula teriak tertahan, Cipto Listro, ayahnya yang mati ditabrak.

Kau mungkin berdehem atau iba membacanya. Tapi, tahukah kau masih banyak Acil-Acil di kota ini. Belum lagi deretan cerita pahit Luise Aritma, dan jutaan nasib seperti Cipto Lastro.

Kota memang tak berkata

Ibarat bingkai besar mirip baliho buat foto sekeluarga yang bertengger di dinding ruang tamu rumahmu. Kota ini hanya area saksi dan ring tinju strategi di dalamnya. Siapa yang untung warnanya kontras terlihat, siapa yang sial warnanya buram tak jelas.

Kuingatkan jangan pilih warna putih.

Karena ini bukan jaman perang dan penindasan kolonial. Matilah kau, bila tetap memilih warna dasar itu. Siapkan ruang kecewamu untuk bercak noda-noda penghianat, penjilat, penipu, dan bromocorah di kota ini.

Kutanya apa warna balaikota di kota ini? Putih kan! Kutanya lagi, ke mana sang pemimpinya? Ahk, masa kau tak tahu. Apa!!! Ya, kau tahu kenapa mereka di penjara sana? Kenapa mereka lakukan itu?

Udahlah, tak usah kau berdebat dengan soal sifat. Toh, sama saja dengan hampir seluruh penduduk di kota mu ini. Ya, tak jauh berbeda mungkin dengan pimpinanmu di kantor. Atau, mereka memang berteman dan pernah melakukan dan menempeli noda-noda tipuan di dinding balaikota bercat putih itu.

Iqro

Baca!!! itu yang diajarkan kitabku. Kalimat itu, kisahnya kalimat awal yang dibisikan pada nabi dalam agama Islam. Benar aku memeluk Islam. Kau? alhamdulillah ternyata kita seakidah.

Ya, kau benar. Katepe pimpinan di balaikota agamanya ditulis Islam. Kenapa kita jadi semakin larut cerita agama. Apa hubungannya.

Jangan sentimen begitu. Semua agama mengajarkan yang baik, yang bersahaja, berbudi perketi, dan berjiwa kesatria.

Kau kenapa nyinyir!

Satria itu bukan hanya di filem-filem kolosal. Kau salah juga kau benar. Ha…ha…, maaf ku hanya becanda. Tapi aku masih ragu dan bolehlah, sifat satria jadi salah satu item di polling memilih pemimpin di negeri ini.

Tidak cukup

Kenapa! ahk, bicara kita sudah ke politik. Kutak suka, jangan berpolitik praktis, itu merusak. Menghancurkan sistem yang ada. Lihat saja demonstrasi para buruh, unjuk rasa mahasiswa fakultas hukum, pertanian, ekonomi, dan sastra.

Aku setuju akan unjuk rasa itu bila soal keputusan wakil rakyat mensahkan regulasi pada rakyat yang memberi sumbangan pada gelandangan dan pengemis dilawan. Tapi, jangan berorasi dengan kumpulan kawan-kawan ramaimu, hanya teriak hapuskan aturan itu.

Kau mahasiswa bukan siswa. Ingat kata maha dipredikatmu. Ku tak lebih pintar darimu, karena aku bukan mahasiswa, hanya anak yang terbuang.

Cuma aku, lebih tahu rasa sengsara daripada kau. tanyalah pada ibumu, waktu kulitmu masih merah berapa lama ibunya meninggalkanmu. Tak pernahkan, bahkan babysister diperintahkan ayahmu selalu awas tentangmu.

Jadi jangan bicara soal rasa sengsara. Aku Acil, sudah es dua dalam hal itu. Ha…ha. Aku strata dua, ternyata.

Kenapa kau diam

Maaf, aku banyak bicara ya. Harus bagaimana lagi. Aku tak punya siapa-siapa. Kau tadi sudah dengar kata penarik becak itu kan. Aku Acil, anak terbuang di kota ini.

Jangan pergi, tolong duduklah denganku. Kawani aku tidur di kursi kayu putih ini. Ini kasurku, rumahku, istanaku, dan cita-cita ku ada di kursi ini. Aku tidak tidak bisa baca tulis, hanya bisa menggambar yang kulihat dan impikan.

Lihat ini. Pohon hutan mirip beringin. Sengaja hanya daunnya yang kugambar karena batangnya sudah jadi kursi yang kita pantati ini. Itu-itu, gambar pedang bukan pentungan. Sengaja kugambar di sudut kanan, agar mudah menghunuskan melawan mahluk jahat dalam mimpiku.

Nah, ini matahari bukan lingkaran mirip angka nol. Ya, aku gambar di ujung kakiku. Entah apa aku salah, seharusnya matahari letaknya di atas ya.

Elmi Bukan Cap Cay Kak

Oleh: Wewe Aishiteru
Karya Terbaik 3
LUKH Cerpen Maret 2010
Selimut awan hitam yang bergulung gulung nampak berkumpul ribut saling berebut di ufuk langit utara cairo negeri dengan sejuta mimpi
Sebuah tanda rinai hujan sebentar lagi akan melukis basah wajah bumi yang perlahan mulai membuka matanya menyisir fajar pagi
Hmmm sudah lebih dari tiga bulan ini terik mentari yang menari begitu tinggi hati membuat bumi begitu dehidrasi
Ingin kunikmati kesegaran aroma air yang sebentar lagi meretas di sekitar pasar Khan Al Kalili tempatku kini tegak berdiri

Yups... sudah dua tahun aku terdampar di negeri yang terkenal karena piramid, patung singa berkepala manusia, sungai nil dan juga pantai alexandrianya yang indah
Sebuah program bea siswa selama lima tahun penuh mengantar langkah kaki lusuhku mengucap salam pada Al-Azhar yang bersinar begitu megah
Seperti sebuah mimpi saat sang garuda selama dua belas jam membawaku terbang menuju negeri cleopatra melintasi untaian benua dan samudera setelah lebih dahulu singgah di abu dhabi
Kutulis hari hariku dengan kesibukan murotal, muqarar, kesibukan di KBRI dan mencari pundi pundi pound egypt untuk menyambung hidupku disini

Awal langkahku di negeri ini dicoba dengan panasnya cuaca yang begitu terik memanggang kulit merintikan butir butir peluh ditubuhku dengan begitu derasnya
Belum lagi lidahku yang terbiasa tersentuh mendoan, nasi kucing, ketoprak dan karedog mesti beradaptasi lagi dengan khosari, tamiyyah bilbet, foul, roti ishy, sandwich kibda yang rasanya sungguh jauh berbeda
Aku mulai menata nafasku di flat flat murah di kawasan Sayyeda Zaenab yang hanya seharga 600-800 pound egypt saja bersama pemuda pemuda indonesia lainnya
Kuharap kesederhanaan pola hidup ini akan membekas dalam perjalanan kehidupanku nanti pada akhirnya

Perkenalanku dengan sesama mahasiswa perantauan dari india dan china di imbaba memberi warna kehidupanku dengan aroma roti canai dan cap cay yang menggoda
Dengan sedikit keberanian dan dukungan moral teman teman akrabku aku coba membuka lapak roti canay dan cap cay ku di sekitar kawasan padat penduduk giza
Wow.... aku tak menyangka usahaku yang perlahan tapi pasti ini akan berkembang sedemikian cepatnya
Tak sia sia rasanya aku menahan kantuk disela sela jadwal kuliahku membaca rayuan robert kiyosaki tentang pentingnya mengejar sebuah peluang usaha

Hmmm hari ini hari jumat, saat semua jiwa jiwa bisa sejenak menghirup kebebasan dari rutinitas yang kadang dirasa mendera
Lagu lagu nasyid dari radio setempat berkumandang menemaniku menyiapkan sejuta rencana untuk menghabiskan hari liburku dengan sebuah cerita indah
Membasahi kakiku dengan air sungai nil yang pernah bertutur kisah panjang tentang nabi musa dan kesombongan firaun sebagai seorang raja
Membelah el-gezira dan el-zamalik yang menawarkan sisi lain kota cairo lengkap dengan kemilau cahayanya yang membuat hati berkata subhanallah begitu indahnya

Setelah usai menunaikan sholat jumat di masjid sayidina hussein yang begitu cantik dalam kemegahannya
Langkahku kuhabiskan di salahudin citadel yang banyak bercerita tentang perang salib dan kisah raja salahudin yang gagah perkasa
Kusempatkan mataku menikmati Cairo Opera House, Cairo Tower, Egyptian Civilization Musium, National Sporting Club, Nile Aquarium and Grotto hingga senja pun tiba
Sebuah negara sedang menikmati irama pertumbuhannya menuju sebuah negeri impian yang madaniyyah

Hey.... apakah aku tengah bermimpi saat kulihat seorang bidadari berjalan pasti melintasiku dengan langkah anggunnya
“ Masih jam 5 sore..... tak mungkin aku sedang bermimpi ” ujar hatiku sambil melihat swiss army lusuhku yang melingkar manis di pergelangan tangan
Sekilas sosoknya mengingatkan aku pada sosok rosamund kwan semasa dia masih muda dahulu
Hmmm kalau kamu tak kenal.... asmirandah ajah deh... lengkap dengan jilbab indah bercorak berwarna biru

Selama seminggu ini bayangan itu terus menerus tersenyum menyapaku dalam episode kisah kisah heroik di mimpiku
Superman, batman, spiderman, ultraman taro seakan bertarung mati matian denganku menaklukan hati wanita terindah itu
Khayalan memang paling indah dinikmati dengan secangkir kopi susu hangat dihadapanku
Ah sudahlah aku tak boleh terlalu larut dalam de ja vu buatan hatiku yang jomblo selama berminggu minggu

Hari masih pagi ketika aku sedang duduk bersama laptop dell-ku yang dua giga hertz di kedaiku yang masih terlihat sepi
Berita berita di tanah air tentang tertangkapnya gayus tambunan sedikit memberi kelegaan hatiku pada masa depan negeri yang selalu mampu membuatku sedih
Mudah mudahan ini adalah awal dari bersihnya instansi instansi rakyat dari sergapan racun korupsi
Sebuah budaya yang sepertinya telah menghilangkan cahaya hati sebagian besar pejabat pejabat negeri

Assalamualaikum.... sebuah sapaan salam indah mengalir dari bibir seorang wanita membangunkanku dari lamunanku tentang kerinduan pada negeri
Sosok bidadari itu kini nyata hadir berdiri di depanku tersenyum indah dengan jilbab warna ungu.... di kedai kecilku seperti jawaban atas semua doa doaku
“ Walaikum salam.... ni hao ma... wo ce lei... ni sio may, bakpao, fu yung hay ooo cap cay ma... “ ucapku spontan menutupi keterkejutanku
Dan diapun seketika terbahak lepas menambah bercak bercak warna merah yang begitu jelas melukis wajahku yang pucat menahan malu

Belakangan aku tahu nama lengkapnya mimi elmira ....... seorang mahasiswi yang baru tiga bulan ini tiba dari purwodadi
Hobinya yang makan tempe sedikit banyak membuat dia dekat denganku yang nota bene njawani
Kadang kubantu dia menyelesaikan tugas tugas kuliahnya yang selalu saja menumpuk hingga membuat panik jiwa raga
Dia pun sering duduk dan tersenyum manis di kedai kecilku membuat cap cayku semakin laris saja

Hingga pada suatu hari..... dengan sepenuh hati kubuatkan semangkuk cap cay istimewa untuknya yang tengah terbaring sakit karena perubahan cuaca
“ elmi..... cap cay ini begitu sempurna rasanya...... sama seperti dirimu.... baik disaat sedih maupun gembira ....tetap saja indah terjaga cahaya... “
“elmi bukan cap cay yang sempurna seperti buatan kakak..... tapi elmi kan berusaha belajar menjadi lebih sempurna agar kakak selalu bahagia.... “
Hmmmm.... aku tak tahu harus bagaimana....... adakah yang bisa menerka cerita ini berakhir dimana........

Selasa, 30 Maret 2010

PENGUMUMAN KARYA TERBAIK LUKH MARET : SEPI

Assalamu'alaikum. Wr. Wb
Salam sejahtera untuk kita semua

Dengan ini kami selaku admin dan juri grup UKIRAN KARYA HATI telah sepakat menetapkan 5 puisi terbaik.

Berikut ini adalah urutan pemenang yang telah kami tetapkan:

1. kridha rimbawan
Judul : peri sepi

2. elly simajuntak
Judul : riwayat sepi

3. ardian agil waskito
Judul : "SEPI?"

4. noval jubek
Judul : Tarian s e p i

5. muhamad hafis ahmad
Judul : sepiku karat

Dan berikut ini adalah hasil karya terbaik pertama:

Peri Sepi

ini irama nyanyian sepi
alunan kepak sayap antara langit bumi
bukan rintihan kupu-kupu rendah hati
atau pula sabda hati nan menjulang tinggi
ini sunyi tangisan ibu peri
air mata kesepian gugur terpuji
saat terlupa arah berpulang diri
menuju kearifan taman surgawi

oh . . .
sekiranya Tuhan bersepakat nanti
kabulkan pinta suci walau pun sekali
sudi sempatkan Diri bersaksi demi malam ini
bahwa aku ingin meminangnya meski disepertiga hati

@Krida Rimbawan

Selamat kepada para pemenang karna telah berhasil memenuhi target dari tema yang di tentukan. Dan itulah yang menjadi nilai tambah dari karya - karya kalian.

Dan kepada teman - teman yang belum berhasil jangan berkecil hati, karna karya kalian sama bagusnya. Tetaplah semangat dalam berkarya.

kepada pemenang pertama berhak menentukan tema bulan depan.

salam;
admin

Peri Sepi

Oleh : Krida Rimbawan

Karya terbaik 1 LUKH Maret 2010
Tema : Sepi

ini irama nyanyian sepi
alunan kepak sayap antara langit bumi
bukan rintihan kupu-kupu rendah hati
atau pula sabda hati nan menjulang tinggi
ini sunyi tangisan ibu peri
air mata kesepian gugur terpuji
saat terlupa arah berpulang diri
menuju kearifan taman surgawi

oh . . .
sekiranya Tuhan bersepakat nanti
kabulkan pinta suci walau pun sekali
sudi sempatkan Diri bersaksi demi malam ini
bahwa aku ingin meminangnya meski disepertiga hati

Riwayat Sepi

Oleh : Elly Simanjuntak

Karya terbaik 2 LUKH Maret 2010
Tema : Sepi

setubuhi kata tanpa suara
di rahasia lapis bertabiat
mengupas tafsir syair

sepi...
di angkasa tak bertepi
kiblatkan diri di takzimmu
dan kau akan kagumi waktu